PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KEDELAI PUTIH (Glycine max, L.) TERHADAP SPERMATOGENESIS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.)
Tri Harjana, , Indonesia
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji kedelai putih (Glycine max L.)
terhadap spermatogenesis tikus putih (Rattus norvegicus L.). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen satu
faktor. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor tikus putih jantan murni dari galur wistar,
berumur 2 bulan, dan memiliki berat rata-rata 165 gram. Tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol
(tanpa pemberian ekstrak biji kedelai putih), 50 mg/kgBB. 100 mg/kgBB, dan 150 mg/kgBB. Variabel tergayut
dalam penelitian ini adalah spermatogenesis dengan indikator jumlah spermatogonium, spermatosit primer,
spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Pembuatan ekstrak biji kedelai putih dengan metode maserasi.
Perlakuan dilakukan selama 48 hari. Testis tikus putih dibuat preparat histologik dengan menggunakan pewarna
Hematoxylin. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x, data yang
diperoleh dengan satuan jumlah/96.250 µm2. Data dianalisis dengan analisis statistik One Way Anova untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan. Uji Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) dilakukan jika terdapat pengaruh nyata untuk membedakan antara kelompok perlakuan dan
antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji kedelai putih (Glycine max, L.)
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) meningkatkan spermatogenesis tikus putih (Rattus norvegicus, L.).
Dosis optimal dalam meningkatkan spermatogenesis berdasarkan hasil penelitian terdapat pada pemberian dosis
100 mg/kgBB.
Kata kunci: ekstrak biji kedelai putih, spermatogenesis, tikus putih.
terhadap spermatogenesis tikus putih (Rattus norvegicus L.). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen satu
faktor. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor tikus putih jantan murni dari galur wistar,
berumur 2 bulan, dan memiliki berat rata-rata 165 gram. Tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol
(tanpa pemberian ekstrak biji kedelai putih), 50 mg/kgBB. 100 mg/kgBB, dan 150 mg/kgBB. Variabel tergayut
dalam penelitian ini adalah spermatogenesis dengan indikator jumlah spermatogonium, spermatosit primer,
spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Pembuatan ekstrak biji kedelai putih dengan metode maserasi.
Perlakuan dilakukan selama 48 hari. Testis tikus putih dibuat preparat histologik dengan menggunakan pewarna
Hematoxylin. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x, data yang
diperoleh dengan satuan jumlah/96.250 µm2. Data dianalisis dengan analisis statistik One Way Anova untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan. Uji Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) dilakukan jika terdapat pengaruh nyata untuk membedakan antara kelompok perlakuan dan
antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji kedelai putih (Glycine max, L.)
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) meningkatkan spermatogenesis tikus putih (Rattus norvegicus, L.).
Dosis optimal dalam meningkatkan spermatogenesis berdasarkan hasil penelitian terdapat pada pemberian dosis
100 mg/kgBB.
Kata kunci: ekstrak biji kedelai putih, spermatogenesis, tikus putih.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.21831/kingdom.v7i6.13060
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Kingdom: The Journal of Biological Studies by https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/kingdom/index is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |