PENGGUNAAN MATA UANG PRING DI PASAR PAPRINGAN DESA CARUBAN KECAMATAN KANDANGAN KABUTATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

Fery Andriyani, Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
Nur Hidayah, Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract


Peran pasar tradisional dalam perekonomian mikro penting sebagai pusat perputaran uang, karena
setiap hari banyak sekali transaksi di dalam pasar. Pada umumnya pasar tradisional memakai uang kertas
atau uang logam sebagai alat pembayaran sah. Namun di Pasar Papringan memiliki cara unik yakni
menggunakan mata uang bambu sebagai alat transaksi. Mata uang transaksi yang terbuat dari bambu
tersebut disebut mata uang Pring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan mata uang pring
di Pasar Papringan Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Pasar Papringan Desa Caruban
Kabupaten Temanggung. Subjek dalam penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Metode
pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
analisis kualitatif model interaktif menurut Miles dan Huberman. Teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pencetusan mata uang
pring merupakan salah satu bentuk revitalisasi desa yang dibentuk oleh komunitas mata air dan Spedagi.
Revitalisasi desa dilakukan dengan melihat potensi sekitar yakni di Desa Caruban memiliki sumber yang
dianggap sebagai material masa depan karena daerahnya dikelilingi oleh kebun bambu. Terdapat
kesulitan dalam penggunaan mata uang pring, yaitu susah mencari bahan baku, nilai nominal mata uang
terlalu besar dan menyulitkan pedagang memberikan uang kembalian, terjadi selisih perhitungan antara
teller dengan pedagang, antrian panjang saat penukaran uang dan akses menuju pasar belum memadai.
Dampak positif dari penggunaan mata uang pring yakni menarik banyak pengunjung dan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Dampak negatifnya terjadi sentimen antar pedagang,
kurangnya lahan menimbulkan kemacetan.

Kata kunci: dampak, mata uang pring, Pasar Papringan

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.21831/e-societas.v11i1.15765

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


eISSN: 2827-9417