PEMAKNAAN TRADISI NYUMBANG DALAM PERNIKAHAN DI MASYARAKAT DESA KALIKEBO, TRUCUK, KLATEN

Adhitya Suryana,

Abstract


Tradisi nyumbang dalam pernikahan merupakan kegiatan untuk membantu orang lain
yang menyelenggarakan hajatan. Cara menyumbang yang berbeda, skala prioritas
nyumbang yang tinggi, tingkat pengorbanan untuk menyumbang yang besar, waktu
dan tenaga yang direlakan demi untuk menyumbang adalah hal yang muncul dalam
masyarakat Desa Kalikebo. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan mencari
pemaknaan tradisi nyumbang dalam pernikahan di masyarakat Desa Kalikebo,
Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, dijabarkan secara deskriptif dengan sumber sumber data yang terdiri dari
masyarakat Desa Kalikebo yang melakukan kegiatan nyumbang dengan kategori
masyarakat yang melakukan nyumbang yang belum hajatan, masyarakat nyumbang
yang sudah menyelenggarakan hajatan dan masyarakat yang beberapa tahun terakhir
menyelenggarakan hajatan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dan snowball sampling. Adapun validitas data yang digunakan
adalah trianggulasi teknik dan sumber dan analisis data menggunakan analisis
interaktif Milles dan Hubberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi
nyumbang merupakan kegiatan untuk membantu meringankan beban orang lain yang
menyelenggarakan hajatan pernikahan, bentuk untuk membantu diwujudkan dalam
proses resiprositas yaitu hubungan timbal balik atau pertukaran. Dalam memberikan
sumbangan terjadi proses catat-mencatat antar pemberi dan penerima. Bagi
masyarakat yang sudah menyelenggarakan hajatan nyumbang dimaknai sebagai
bentuk mengembalikan sumbangan. Bagi yang belum menyelenggarakan hajatan
nyumbang dimaknai sebagai bentuk menanam modal dalam masyarakat. Nyumbang
juga dimaknai sebagai nilai kerukunan untuk menjalin silaturahmi dan nyumbang juga
dimaknai sebagai wujud solidaritas masyarakat dengan membantu orang lain tanpa
adanya pamrih dan resiprositas.Akan tetapi disisi lain kegiatan nyumbang menjadi
beban masyarakat terutama warga miskin karena adanya standarisasi nominal
sumbangan uang sehingga berbagai pengorbanan sering terjadi seperti berhutang dan
menjual barang. Keluh kesah dan sikap terpaksa selalu terjadi sehingga mengalami
kekerasan simbolik dalam kegiatan nyumbang di masyarakat Desa Kalikebo.

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.21831/e-societas.v6i8.9144

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


eISSN: 2827-9417