Transformasi Sosio-Religius Masyarakat Pedesaan (studi pergeseran pemaknaan slametan di Padukuhan Sawo, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)
V. Indah Sri Pinasti, Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
Slametan sebagai sebuah sebuah warisan budaya hasil akulturasi kepercayaan jawa dengan agama
islam yang telah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat padukuhan sawo saat ini
menghadapi pola-pola perubahan, berkaitan dengan perkembangan sosial dan religiusitas
masyarakat sebagai akibat dari modernisasi dan keterbukaan yang terjadi pada berbagai bidang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dijabarkan secara deskriptif dengan sumber data
yang terdiri dari masyarakat padukuhan Sawo yang memiliki relevansi serta pengetahuan
mengenai slametan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun validitas
data yang digunakan adalah trianggulasi teknik dan sumber dan analisis data menggunakan analisis
interaktif Milles dan Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran makna pada
pelaksanaan slametan dimana masyarakat tidak lagi sepenuhnya memaknai slametan sebagai
sebuah bentuk ritus kepercayaan jawa-islam yang dalam pelaksanaannya sarat akan aturan-aturan
adat yang ketat. Masyarakat saat ini memaknai slametan secara sederhana yaitu sebagai upaya
berdoa secara bersama-sama untuk memohon kepada Allah SWT agar tidak terdapat halangan
pada jalannya hajatan yang mereka laksanakan dan segala pengharapan mereka terkabul.
Pergeseran pemaknaan pada slametan ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor
kepercayaan yang dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi pada dinamika agama islam
kepercayaan kejawen. Sementara faktor kedua adalah faktor sosial yang berkaitan dengan
perkembangan sosial-teknologi yang terjadi sebagai dampak interaksi dan modernisasi yang
terjadi dalam masyarakat. Hasil dari dinamika yang terjadi di masyarakat ini adalah bentuk
pergeseran pemaknaan pada slametan dengan pemaknaan baru dimana penggunaan adat becorak
kejawen ditinggalkan dengan berbagai alasan antara lain boros, rumit, serta bertentangan dengan
agama Islam. Disisi lain, juga muncul pemaknaan baru slametan sebagai bentuk budaya jawa yang
dapat dikomersilkan dengan label wisata budaya, pada pemaknaan ini penggunaan unsur-unsur
adat bercorak kejawen digunakan kembali namun dengan pemaknaan baru yang sama sekali
berbeda dengan pemaknaan yang sebelumnya ada di masyarakat.
Kata Kunci : Slametan, Sosial, Religiusitas, Pergeseran makna
islam yang telah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat padukuhan sawo saat ini
menghadapi pola-pola perubahan, berkaitan dengan perkembangan sosial dan religiusitas
masyarakat sebagai akibat dari modernisasi dan keterbukaan yang terjadi pada berbagai bidang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dijabarkan secara deskriptif dengan sumber data
yang terdiri dari masyarakat padukuhan Sawo yang memiliki relevansi serta pengetahuan
mengenai slametan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun validitas
data yang digunakan adalah trianggulasi teknik dan sumber dan analisis data menggunakan analisis
interaktif Milles dan Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran makna pada
pelaksanaan slametan dimana masyarakat tidak lagi sepenuhnya memaknai slametan sebagai
sebuah bentuk ritus kepercayaan jawa-islam yang dalam pelaksanaannya sarat akan aturan-aturan
adat yang ketat. Masyarakat saat ini memaknai slametan secara sederhana yaitu sebagai upaya
berdoa secara bersama-sama untuk memohon kepada Allah SWT agar tidak terdapat halangan
pada jalannya hajatan yang mereka laksanakan dan segala pengharapan mereka terkabul.
Pergeseran pemaknaan pada slametan ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor
kepercayaan yang dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi pada dinamika agama islam
kepercayaan kejawen. Sementara faktor kedua adalah faktor sosial yang berkaitan dengan
perkembangan sosial-teknologi yang terjadi sebagai dampak interaksi dan modernisasi yang
terjadi dalam masyarakat. Hasil dari dinamika yang terjadi di masyarakat ini adalah bentuk
pergeseran pemaknaan pada slametan dengan pemaknaan baru dimana penggunaan adat becorak
kejawen ditinggalkan dengan berbagai alasan antara lain boros, rumit, serta bertentangan dengan
agama Islam. Disisi lain, juga muncul pemaknaan baru slametan sebagai bentuk budaya jawa yang
dapat dikomersilkan dengan label wisata budaya, pada pemaknaan ini penggunaan unsur-unsur
adat bercorak kejawen digunakan kembali namun dengan pemaknaan baru yang sama sekali
berbeda dengan pemaknaan yang sebelumnya ada di masyarakat.
Kata Kunci : Slametan, Sosial, Religiusitas, Pergeseran makna
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.21831/e-societas.v11i1.15763
Refbacks
- There are currently no refbacks.
eISSN: 2827-9417