TELAAH TATA KOTA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 1925-1949

Abstract

Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu daerah dalam Karesidenan Banyumas memiliki struktur dan tata kota yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah awal mula berdirinya kota kabupaten Purbalingga; (2) tata kota Purbalingga tahun 1925-1949; dan (3) pengaruh tata kota kabupaten Purbalingga terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik Purbalingga tahun 1925-1949.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis dari Kuntowijoyo. Implementasinya meliputi pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, serta historiografi.

Penelitian mengenai telaah tata kota kabupaten Purbalingga tahun 1925-1949 diperoleh hasil sebagai berikut; (1) Purbalingga berawal dari sebuah daerah yang dikelilingi hutan dan tidak memiliki banyak penduduk. Purbalingga kemudian berkembang pesat menjadi desa, kadipaten, hingga kota kabupaten. Adanya pengaruh dari masa pra-aksara, Hindu-Budha, Islam, masa kolonial, hingga masa kemerdekaan berperan dalam perkembangan Purbalingga tersebut. (2) Tata kota kabupaten Purbalingga tahun 1925-1949 hampir sama dengan struktur dan pola tata kota di Banyumas, yang merupakan ibukota karesidenan Banyumas. Hal yang menarik adalah, meskipun memiliki pola dasar yang sama dengan Banyumas, tata kota kabupaten Purbalingga sedikit melenceng dari konsep Mandala Jawa, dimana poros sakral pengawasan seharusnya mengarah dari Selatan ke Utara, tapi di Purbalingga justru Selatan ke Timur. Hal tersebut dikarenakan Belanda ingin mengurangi kekuasaaan dan atau pengaruh penguasa setempat, yakni bupati atau regent Purbalingga, Aryo Sugondo. (3) Pengaruh tata kota kabupaten Purbalingga tahun 1925-1949 berdampak pada aspek politik, sosial dan ekonomi. Adanya intervensi dalam birokrasi pemerintahan berupa pengawasan melalui asisten residen, kelas-kelas sosial, kehidupan semi-militer, serta kebijakan ekonomi yang dipegang penuh oleh pemerintah Hindia-Belanda