AKSI POLITIK SERBIA TERHADAP PROSES DISINTEGRASI YUGOSLAVIA 1980-1995

Abstract

Yugoslavia pada tahun 1980 mengalami krisis kepemimpinan, dalam bidang politik, dan ekonomi. Pada saat yang bersamaan, muncul sebuah nasionalisme etnik di negara bagian seperti Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina yang berkeinginan lepas dari Federasi Yugoslavia. Berbeda dengan Serbia yang menghendaki Yugoslavia tetap utuh namun atas dasar nasionalisme etnik Serbia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (1) kondisi Serbia pra disintegrasi Yugoslavia, (2) kondisi Serbia pasca Josep Broz Tito, (3) tindakan Serbia menghadapi masalah disintegrasi Yugoslavia, (4) sikap dunia internasional terhadap Serbia. Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis, yang menurut Louis Gottschalk terdiri dari empat langkah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan penulisan sejarah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemerdekaan Serbia tahun 1878, telah memprakarsai berdirinya Kingdom Yugoslavia (1918-1941), namun tahun 1943 Josep Broz Tito berhasil membawa Yugoslavia ke dalam persatuan Republik Federal Sosialis Yugoslavia hingga dan menjadi presiden hingga tahun 1980. (2) Pasca Tito Serbia mulai mendominasi pemerintahan, kemunculan Slobodan Milosevic telah merancang kembali gerakan Serbia Raya. (3) Serbia melakukan aksi politik agresif, ekspansif dan genosida terhadap negara yang melakukan disintegrasi (Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina). (4) Serbia dinyatakan sebagai agresor, pemimpin Serbia yang terlibat perang dipidana, Serbia diberikan sanksi embargo ekonomi dan militer oleh dunia internasional.

Kata Kunci: Aksi Politik Serbia, Disintegrasi Yugoslavia, Tahun 1980-1995