PENGARUH PERKEBUNAN TEBU DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT MADIUN (1870-1930)
Dr Aman M.Pd., , Indonesia
Abstract
Perkebunan tebu merupakan salah satu penunjang perekonomian Hindia Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui keadaan geografis dan penduduk wilayah karesidenan Madiun di abad XIX; (2) Menjelasakan sistem UU Agraria 1870 dan pelaksanaannya di wilayah Karesidenan Madiun; (3) mengetahui keadaan masyarakat wilayah karesidenan Madiun awal abad XX.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis. Metode sejarah kritis memiliki beberapa tahapan. Tahap pertama adalah pemilihan topik penelitian. Tahap kedua adalah heuristik. Tahap ketiga adalah verifikasi. Tahap keempat adalah interpretasi. Tahap kelima adalah historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Madiun merupakan daerah cekungan yang dikelilingi pegunungan Wilis dan Lawu sehingga wilayah ini memiliki tanah yang subur. Daerah seperti ini sangat cocok untuk perkebunan tebu hingga karesidenan Madiun dijadikan salah satu basis penghasil tebu dan gula. (2) Agrarische Wet membuat perubahan dalam penyewaan tanah masyarakat. Hak erfphact memberikan kemudahan perusahaan asing menyewa tanah pribumi dengan jangka yang panjang hingga 75 tahun masa sewa. Masyarakat pribumi menyewakan tanahnya dengan harga sewa yang kecil. Sehingga, lamanya jangka sewa yang diterima pribumi pemilik lahan bekerja sebagai buruh. (3) Awal abad ke XX ekonomi Madiun naik turun, produksi tahun 1909-1920 dengan rata-rata 1162 pikul dengan lahan rata-rata 1024 bau. Buruh di awal abad XX diberi upah kurang dari f 50, dengan beban f 50 untuk sumbangan desa dan f 40 untuk beban pajak.
Kata Kunci : Perkebunan Tebu, Sosial-ekonomi, Karesidenan Madiun, tahun 1870-1930.
ABSTRACT
The sugar cane plantation was one of the economic pillars of the economy of Dutch East Indies. This study aimed to: (1) investigate the geographical conditions and people in the area of Madiun Residency in the 19th century, (2) explain the system of Agricultural Act 1870 and its implementation in the area of Madiun Residency, and (3) investigate the conditions of the people in the area of Madiun Residency at the beginning of the 20th century.
The study employed the critical historical method. The critical historical method had several stages. The first was the research topic selection. The second was heuristics. The third was verification. The fourth was interpretation. The fifth was historiography.
The results of the study were as follows. (1) Madiun was a basin surrounded by Wilis and Lawu mountains so that the area had fertile soil. Such an area was very suitable for the sugar cane plantation so that Madiun Residency became one of the bases producing sugar cane and sugar. (2) Agrarische Wet made changes in the public land leasing. The erfpacht right gave facilities to foreign companies to lease indigenous people’s land in a long term up to a learning term of 75 years. The indigenous people leased their land in low leasing prices. Therefore, the long leasing term made the indigenous people work as labor. (3) At the beginning of the 20th century, the economy of Madiun fluctuated. The production in 1909-1920 was 1162 pikul with an average land area of 1024 bau. The labor at the beginning of the 20th century got a wage of less than f 50, with f 50 for the village contribution expense and f 40 for the tax liability.
Keywords: Sugar Cane Plantation, Socio-economic, Madiun Residency, 1870-1930
Refbacks
- There are currently no refbacks.
RISALAH
Jurnal Elektronik Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Berisi artikel skripsi mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah
Penanggung Jawab : Dr. Dyah Kumalasari
Pimpinan Redaksi : Dr.Aman, M.Pd
Anggota Redaksi : Alifi Nur Prasetio N. , M.Pd
Admin e-Jurnal : Triyanto