A DISCOURSE ANALYSIS OF MEDIA FRAMING IN ONLINE NEWS ARTICLES ABOUT AHOK’S BLASPHEMY CASE

Abstract

Abstract

This study aims to investigate the types and functions of media package device performed by The Jakarta Post and Republika online news articles about blasphemy case committed by an ex-Jakarta- Governor, Basuki Tjahaja Purnama, more popularly known as Ahok. This research applied a combination of quantitative and qualitative method under discourse analysis approach. The main instrument was the researcher herself and data sheet was the secondary instrument. The source of data were 20 articles about the blasphemy case published during October 2016 - May 2017 in the official website of the two media. To gain the trustworthiness of the data, triangulation which involved some references, lecturers and two peer correctors were applied. The result of this research are as follows. First, all types of media package devices were found in the two media’s selected articles. Root is the most dominant type found in The Jakarta Post. It is used by The Jakarta Post to present ground of the blasphemy case based on its view. The two least occurring types found in The Jakarta Post are metaphor and exemplar as it hardly uses figurative comparison and representative instance to affect the reader’s understanding toward the issue. On the other hand, Republika attempts to influence the reader by using several values and therefore the most dominant type is appeal to principle. The two least occurring types found in Republika are consequence and depiction, since it does not apply many devices with negative sentiment in its articles. Second, in accordance with the result analysis of the function, the two media have different tendency in constructing the case. The Jakarta Post uses the device to package the blasphemy case as political problem. By contrast, Republika attempts to define the case as pure religious conflict.

Keywords: Media Package Device, Types, Functions, Ahok’s Blasphemy Case

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tipe dan fungsi perangkat kemasan media yang digunakan oleh artikel berita daring The Jakarta Post dan Republika tentang kasus penistaan agama yang dilakukan oleh mantan gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, lebih terkenal dengan sebutan Ahok. Penelitian ini menggunakan perpaduan metode kualitatif dan kuantitatif. Instrumen utama dari studi ini adalah peneliti dan lembar data digunakan sebagai instrumen kedua. Sumber data penelitian ini merupakan 20 artikel tentang kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, dipublikasikan selama Oktober 2016 – Mei 2017 di web resmi The Jakarta Post dan Republika. Untuk memperoleh tingkat keabsahan data, triangulasi dilakukan dengan melibatkan beberapa referensi, dosen dan dua korektor sebaya. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, semua tipe perangkat kemasan media dapat ditemukan pada seluruh sumber data. Akar permasalahan adalah tipe yang paling dominan di The Jakarta Post. Perangkat ini digunakan untuk menampilkan alasan mendasar dari kasus tersebut menurut pandangan The Jakarta Post. Dua tipe yang paling sedikit ditemukan di The Jakarta Post adalah metafora dan contoh karena media ini jarang menggunakan analogi figuratif dan contoh-contoh respresentatif untuk mempengaruhi pemahaman pembaca pada isu ini. Sementara itu, Republika berusaha mempengaruhi para pembaca dengan menggunakan beberapa macam nilai dan sebab itulah perangkat paling dominan adalah seruan prinsip. Dua tipe perangkat yang paling sedikit ditemukan di Republika adalah konsekuensi dan penggambaran karena Republika tidak menggunakan banyak perangkat dengan sentimen negatif dalam artikelnya. Kedua, berdasarkan hasil analisa fungsi dari perangkat tersebut, kedua media memiliki kecenderungan yang berbeda dalam menyajikan kasus Ahok tersebut. The Jakarta Post menggunakan perangkatnya untuk mengemas kasus penistaan agama ini sebagai masalah politik. Sementara itu, Republika berusaha mendefinisikan kasus ini murni sebagai konflik agama.

Kata kunci: Perangkat Bingkai Media, Tipe, Fungsi, Kasus Penistaan Agama