PENGARUH SUHU PENCELUPAN TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAAN KAIN SUTERA MENGGUNAKAN EKSTRAK WARNA SABUT KELAPA (Cocos Nucifera L.)

Dana Shubkhi Miftakhun NIkmah, Widihastuti Widihastuti

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh suhu pencelupan terhadap hasil pewarnaan kain sutera, ditinjau dari tahan luntur warna terhadap pencucian sabun, (2) mengetahui pengaruh suhu pencelupan terhadap hasil pewarnaan kain sutera, ditinjau dari ketuaan warna kain yang dihasilkan. Penelitian ini merupakan penelitian true eksperiment dengan desain faktorial 2x3, yang terdiri dari dua jenis suhu pencelupan yaitu (A) suhu panas dan (B) suhu dingin dan 3 jenis fiksator yaitu (a) tawas, (b) tunjung, (c) kapur tohor. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengujian kualitas warna yang ditinjau dari ketahanan luntur warna terhadap pencucian sabun dan ketuaan warna kain yang dilakukan oleh tim penguji di laboratorium evaluasi tekstil UII menggunakan alat yang sudah dikalibrasi dengan prosedur sesuai SNI nomor 08-0285-1998 untuk uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian sabun dan Sistem LAB.AATCC 153-85 untuk uji ketuaan warna K/S. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan anova non parametrik yaitu kruskal wallis. Hasil penelitian menunjukkan: (1) suhu pencelupan tidak berpengaruh pada hasil pewarnaan ditinjau dari ketahanan luntur warna terhadap pencucian sabun, dibuktikan pada uji kruskal wallis dengan nilai Sig. 0.200 > 0.05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan atau tidak signifikan, (2) suhu pencelupan berpengaruh pada hasil pewarnaan ditinjau dari ketuaan warna yang dihasilkan, dibuktikan dengan hasil dari nilai ketuaan warna yang paling pekat pada suhu pencelupan panas dengan fiksator tunjung dengan hasil ketuaan warna (K/S) 4.49. Semua hasil penelitian ini dikemas dalam bentuk katalog yang bisa digunakan sebagai sumber belajar tekstil.

Keywords


Suhu pencelupan; sabut kelapa; sutera; zat fiksasi

Full Text:

PDF

References


Azizah, W. n. (2018). Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Terhadap Kualitas Pewarnaan Kain Primissima dengan Zat Warna Euphorbia. Yogyakarta: UNY.

Chatib, W. (1980). Teori Penyempurnaan Tekstil. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan

Menengah Kebudayaan.

Chatib, W & I Gusti Putu Arya (1978). Pengetahuan Bahan Tekstil 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kebudayaan.

Dana Ayu Yonanda (2019). Pengaruh Jenis Zat Fixsasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna Biji Buah Durian (Durio Zibethinus Murray). Skripsi. Yogyakarta : UNY

Dwi Suheryanto & Tri Haryanto (2009). Pengaruh Konsentrasi Zat warna Basa Terhadap Ketuaan dan Ketahanan Warna Pada Pencelupan Serat Sabut Kelapa. Jurnal. Yogyakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik.

Emy Budiastuti, dkk (2007). Kualitas Acasia Nilotica L (Daun Oncit) Sebagai Pewarna Kain Sutera. Yogyakarta: JPTK, UNY, Vol 16, No. 2.

Enggar Kartikasari dan Yasmi Teni Susianti (2016). Pengaruh Fiksator Pada Ekstrak Daun Mangga Dalam Pewarnaan Tekstil Batik Ditinjau Dari Ketahanan Luntur Warna Terhadap Keringat. Jurnal. Yogyakarta : PKK FKIP UST

Eniek Kriswiyanti (2013). Karakteristik Ragam Kultivar Kelapa (Cocos Nucifera L.) yang Digunakan Sebagai Bahan Upacara Padusan Alit di Bali. Jurnal. Bali: Universitas Udayana.

Enny Zuhni K. (1997/1998). Bahan Perkuliah Ilmu Tekstil. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Failisnur & Sofyan. 2014. Sifat Tahan Luntur dan Intensitas Warna Kain Sutera dengan Pewarna Alam Gambir (Uncaria Gambir Roxb) pada Kondisi Pencelupan dan Jenis Fiksator yang Berbeda. Jurnal Litbang Industri, Vol.4 No.1. Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang.

Faurika Amelia Sari, 2012. Pengaruh suhu pada pencelupan bahan sutera dengan ekstrak kayu secang (caesalpinia sappan L) menggunakan mordan tawas.

Hartanto, Sugiarto. (1980). Teknologi Tekstil.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Hartanto, N. Sugiarto. (1993). Teknologi Tekstil. Jakarta: Pradnya Paramita.

Hidayatul Fitriyah dan Fajar Ciptandi (2019). Pengolahan Limbah Sabut Kelapa Tua Sebagai Pewarna Alam Pada Produk Fesyen. Jurnal. Bandung: Universitas Telkom

HS. (2015). Kurangi Impor, Perajin Batik Diminta Gunakan Pewarna Alami.Artikel. Diakses pada tanggal 2 Maret 2021, dari https://beritasatu.com

Kant, R. (2012). Textile Dyeing Industry an Environmental Hazard, Open Acces Journal Natural Science, 4(1), Article ID: 17027, 5 pages, DOI:

4236/ns.2012.41004.

Kartina, B., Ashar, T., dan Hasan, W. (2013). Karakteristik Pedagang, Sanitasi Pengolahan dan Analisa Kandungan Rhodamin B pada Bumbu Cabai Giling di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2012. Lingkungan dan Kesehatan Kerja, 1(2): 1-7.

Isminingsih S.Teks M.Sc (1978/1979). Pengantar Kimia Zat Warna, Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Lestari Kun WF. (2002). Promosi Dagang, Industri, dan Investasi Melalui Workshop Pewarnaan Batik Kriya Tekstil (Tekstil Kerajinan Tenun) dengan Zat warna Alam. Yogyakarta: Departermen Perindustrian dan Perdagangan R.I.

M. Zaim, dkk (2019). Varian Baru Pada Produk Olahan Limbah Sabut kelapa untuk Dijadikan Souvenir Berdaya Jual Tinggi. Padang. Jurnal : Fakultas bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang.

Moerdoko Wibowo, dkk. (1975). Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Noor Fitrihana (2010). Teknologi Tekstile dan Fashion. Yogyakarta: UNY Press.

Pringgenies, dkk. (2013). Aplikasi Pewarnaa Bahan Alam Mangrove untuk Bahan Batik

sebagai Diversifikasi Usaha di Desa Binaan Kabupaten Semarang. 8.

Rasyid Djufri. (1976). Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Selvana Heruka (2018). Pengaruh Jenis Zat Fixsasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Tekstil Katun, Sutera, Satin Menggunakan Zat Warna dari Kulit Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.). Skripsi. Yogyakarta: UNY

Sunarto. (2008). Teknologi Pencelupan dan Pengecapan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.

Tatang Suharmana Erawan, dkk. (2018). Etnobotani Tanaman Kelapa di Desa Karangwangi, Cianjur, Jawa Barat.Manuskrip.Jawa Barat : Universitas Padjajaran.

Tenda ET dan J Kaumanuang. 2007. Keragaman Fenotipik Kelapa Dalam di Kabupaten Pacitan, Tulungagung dan Lumajang Jawa Timur. Buletin Palma 32, 22-29.

Thampan PK (1981). Handbook On Coconut Plan. New Delhi

Titiek Pujilestari (2015). Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan Industri. Review. Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta.

Tyas Ulfah Khasanah (2018). Uji Efektivitas Air Kelapa. Purwokerto. FKIP UMP

Umar Santoso.(2017). Kelapa Kekayaan Indonesia. Artikel. Diakses pada tanggal 2 Maret 2021, dari https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id

Wahidatun Nurul Azizah (2018). Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Tehadap Kualitas Pewarnaan Kain Mori Primissima dengan Zat Warna Euphorbia. Skripsi. Yogyakarta

: UNY.

Wardi. (2019). BBKB Yogyakarta Dorong Penggunaan Zat Pewarna Alam untuk Batik . Artikel. Diakses pada tanggal 2

Maret 2021, dari https://bbkb.kemenperin.go.id

Warisno (2003). Budi Daya Kelapa Genjah.

Penerbit Karsinus,Yogyakarta.

Widihastuti. (2014). Teori Zat Pewarna Alam.

Yogyakarta: UNY Press.

, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi III. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2021, dari https://kbbi.web.id/suhu




DOI: https://doi.org/10.21831/teknik%20busana.v11i2.19551

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Jurnal Fesyen: Pendidikan dan Teknologi

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.