PERANAN GEREJA HATI KUDUS YESUS PUGERAN PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN II TAHUN 1948-1949

Maria Pinasthika Sekar Nugraheni,

Abstract


ABSTRAK

 

Gereja berarti sekelompok umat Kristiani yang berkumpul untuk memuliakan nama Tuhan, tetapi dalam arti yang lebih luas istilah gereja juga digunakan untuk menyebut gedung tempat ibadat umat Kristiani. Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran dibangun pada tahun 1934 di sebuah kampung di bagian selatan kota Yogyakarta yang bernama Pugeran. Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II banyak warga Yogyakarta yang mengungsi ke arah selatan, dan Gereja Pugeran menjadi tujuan mengungsi. Gereja Pugeran menjadi bagian dari masyarakat, dengan berperan langsung sebagai bagian dari media perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan gereja Pugeran serta para romo pada saat terjadinya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah kritis dan melalui langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, heuristik, menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal dengan data sejarah. Kedua, kritik sumber, yaitu mencari keabsahan data dengan melakukan penyaringan secara kritis baik secara internal maupun eksternal. Ketiga, interpretasi, yaitu penciptaan fakta baru (sintesis) dengan menafsirkan berbagai fakta yang ada di dalam sumber-sumber. Keempat, historiografi, yaitu penyusunan fakta-fakta sejarah menjadi suatu karya sejarah.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa situasi Yogyakarta menjelang Agresi Militer Belanda II sangat memprihatinkan. Terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda menimbulkan ketegangan antara kedua belah pihak. Kedua belah pihak saling melempar tuduhan garis van Mook telah dilanggar pihak lawan. Akibatnya konflik tidak bisa dihindari lagi. Pada tanggal 19 Desember 1948 pihak Belanda tiba-tiba menyerang wilayah Maguwo dan sekitarnya. Halaman Gereja dan Pastoran Pugeran menjadi salah satu tempat pengungsian dan perlindungan bagi penduduk dari berbagai daerah sekitar Gereja Pugeran. Selain itu juga gereja menjadi tempat penghubung dan tempat mengatur siasat bagi para gerilyawan Republik yang bermarkas di Yogyakarta Selatan. Para romo pun dengan tangan terbuka menerima orang-orang yang datang meminta bantuan, tanpa memandang latar belakang suku maupun agamanya.


Full Text:

PDF PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.