MASJID PATHOK NEGORO SULTHONI SEBAGAI PUSAT AKULTURASI BUDAYA(1976-2000)

Sharifah Nafisyah,

Abstract


Masjid Pathok Negoro Sulthoni yang terletak di Plosokuning, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta penting untuk diteliti karena menyimpan keunikan akulturasi tiga budaya didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah Masjid Pathok Negoro Sulthoni;(2) akulturasi budaya Masjid Pathok Negoro Sulthoni dilihat dari bentuk fisik bangunan, fungsi dan sistem pengurus masjid (1976-2000);(3) masjid Pathok Negoro Sulthoni sebagai pusat kegiatan masyarakat dan akulturasi budaya (1976-2000).

                Skripsi ini menggunakan tahapan penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo, terdiri dari 5 tahap, yaitu: (1) pemilihan topik yang didasari oleh kedekatan emosional dan intelektual; (2) pengumpulan sumber atau heuristik, peneliti mengumpulkan sumber dari Perpustakaan Jogja Library Center dan Perpustakaan Balai Arkeologi DIY; (3) kritik sumber, peneliti melakukan kritik ekstern dan intern; (4) interpretasi, peneliti menafsirkan fakta-fakta sejarah menjadi satu kesatuan; (5) historiografi, peneliti melakukan penulisan sejarah, dengan menyajikan semua fakta dalam bentuk tulisan sejarah.

                Hasil penelitian menunjukkan: (1) berdirinya Masjid Pathok Negoro atas prakarsa dari Raja Kasultanan Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kyai Nur Iman. Masjid didirikan sebagai wujud kepemilikan pihak Kasultanan Yogyakarta untuk mempertahankan kekuasaannya; (2) bentuk fisik bangunan Masjid Pathok Negoro Sulthoni merupakan wujud dari akulturasi budaya Jawa, Hindu dan Islam. Salah satunya adalah empat tiang/soko guru yang terdapat pada Masjid Pathok Negoro Sulthoni yang menyerupai bangunan Jawa yaitu joglo. Akulturasi budaya Masjid Pathok Negoro Sulthoni pada fungsi dan sistem pengurus masjid (1976-2000) yaitu masjid menjadi pusat kegiatan, misalnya sebagai tempat musyawarah untuk penyelesaian masalah. Akulturasi budaya pada sistem pengurus masjid dapat dilihat dari Imam masjid yang mendapatkan status abdi dalem dengan gelar Raden Ngabehi dan diangkat pada tahun 1997; (3) masjid Pathok Negoro Sulthoni sebagai pusat kegiatan masyarakat dan akulturasi budaya (1976-2000) terlihat pada sistem kemasyarakatannya. Pada masyarakat Plosokuning terdapat dua golongan yaitu Plosokuning Jero dan Plosokuning Jobo. Akulturasi budaya dalam kegiatan keagamaan di Masjid Pathok Negoro Sulthoni dapat terlihat pada seringnya diadakan acara seperti slametan, sholawatan, saparan, ruwahan, dan haul yang menggabungkan tradisi Jawa, Hindu dan Islam.

 

Kata Kunci: Pathok Negoro Sulthoni, Akulturasi Budaya, 1976-2000


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


RISALAH

Jurnal Elektronik Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Berisi artikel skripsi mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah

Penanggung Jawab     :  Dr. Dyah Kumalasari

Pimpinan Redaksi       :  Dr.Aman, M.Pd

Anggota Redaksi        :  Alifi Nur Prasetio N. , M.Pd

Admin e-Jurnal            : Triyanto