KEHIDUPAN SOSIAL – BUDAYA MASYARAKAT DEPOK PADA AWAL ABAD KE-20

Muhammad Afiat Budi Perwata

Abstract


Cornelis Chastelein membeli tanah di sekitar Depok, seluas 1244 ha. Cornelis Chastelein kemudian menyebarkan agama Kristen Protestan kepada para budaknya. Pada tanggal 28 Juni 1714 Cornelis Chastelein meninggal dunia. Harta benda Cornelis sepenuhnya diwariskan kepada para pekerjanya. Melalui warisan itulah kemudian budaya di Depok mulai berkembang. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui sejarah berdirinya kota Depok, kondisi masyarakat di Depok sepeninggal Cornelis Chastelein, dan kondisi sosial – budaya di Depok pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah kritis yang meliputi beberapa tahapan. Tahap pertama, heuristik yaitu tahap pengumpulan sumber sejarah yang relevan. Tahap kedua, kritik sumber, yaitu tahap pengkajian terhadap otentisitas dan kredibilitas sumber yang diperoleh. Tahap ketiga, interpretasi atau penafsiran yaitu pencarian keterkaitan makna hubungan antar fakta-fakta yang sudah diperoleh. Tahap keempat, historiografi atau penulisan yaitu penyampaian kisah dalam bentuk karya sejarah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdirinya kota Depok tidak terlepas dari peran Cornelis Chastelein yang membeli tanah di Depok. Cornelis menyebarkan agama Kristen Protestan dan membentuk kehidupan sosial baru di Depok. Cornelis mewariskan kekayaannya kepada para pengikutnya yang telah dimerdekakan. Kelompok ini dapat terus berkembang dan menjalani hidup seperti yang diajarkan Cornelis Chastelein. Penduduk Depok dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok Asal/asli, Kelompok Chastelein, dan Kelompok Pendatang. Cornelis Chastelein tidak hanya mewariskan tanah saja tapi juga budaya. Mulai dari benda seperti gamelan hingga tradisi atau kebiasaan yang sampai sekarang masih sering dilakukan oleh masyarakat Depok.

 

Kata Kunci : Abad ke-20, Depok, Sosial-Budaya.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.