PERANAN BATALYON 306 DIVISI SILIWANGI DALAM PENUMPASAN GERAKAN DI/TII DI GARUT TAHUN 1950-1962

Fauzan l Manaanu Hakim

Abstract


Pada saat  Indonesia sudah merdeka, situasi dan kondisi keamanan negara belum stabil. Adanya ancaman dari Belanda serta perbedaan pandangan politik dari para kaum elit banyak memberikan pengaruh terhadap keadaan negara. Perbedaan pandangan politik tersebut terlihat ketika berdirinya gerakan DI/TII yang memproklamasikan diri sebagai negara pada tahun 1949 di Tasikmalaya. Gerakan tersebut seringkali melakukan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat Garut. Hal ini membuat pemerintah dengan segera memerintahkan operasi penumpasan terhadap DI/TII di Garut melalui peran Batalyon 306 Divisi Siliwangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa gerakan DI/TII dapat diterima oleh masyarakat  serta  perkembangannya  dan  pelaksanaan  operasi  penumpasan  DI/TII yang dilakukan oleh TNI.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis yang terdiri dari; (1). Heuristik yang bertujuan mencari dan mengumpulkan jejak- jejak peristiwa yang disebut sumber sejarah; (2). Verifikasi, merupakan suatu proses meneliti sumber sejarah dengan cara menganalisa keotentikan dan kredibilitas sumber yang dikumpulkan serta dapat dipertanggungjawabkan; (3). Interpretasi, menafsirkan makna saling berkaitan pada fakta sejarah yang diperoleh; (4). Historiografi, yaitu proses memadukan berbagai pernyataan dan fakta mengenai peristiwa dalam bentuk karya tulis sejarah.

Berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  disimpulkan  bahwa  gerakan  DI/TII  di Garut tidak lepas dari latar belakang kehidupan Kartosuwiryo, serta adanya Institut Suffah. Selain itu, hijrahnya Divisi Siliwangi yang meninggalkan Jawa Barat, mempengaruhi pergerakan DI/TII untuk menghasut masyarakat. Gerakan DI/TII akhirnya   dapat   ditumpas   oleh   TNI   melalui   Batalyon   306   Divisi   Siliwangi. Penumpasan Gerakan DI/TII di Garut terbagi menjadi dua periode, yakni 1950-1958 dan  1959-1962.  Batalyon  306  dalam  pelaksanaan  operasi  periode pertama masih banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya dalam membentuk   pos-pos   regu   keamanan.   Hal   ini   membuat   operasi   penumpasan dilanjutkan pada periode kedua, serta turut menyertakan peran penduduk dalam siasat Pagar Betis untuk berperan aktif menjaga kedaulatan negara. Pada periode kedua, siasat Batalyon 306 lebih matang dalam pembentukan pos-pos regu kemanan. Sehingga  gerakan  DI/TII di  Garut  dapat  diberantas  dengan  adanya  pos-pos  regu keamanan yang berisikan tentara dan penduduk setempat dalam mengisolasi wilayah aktifitas gerilya DI/TII.

 

Kata Kunci: Peranan Batalyon 306, Divisi Siliwangi, Penumpasan DI/TII.


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.