Perkembangan Industri Karung Goni Delanggu 1934 - 1968
Abstract
Klaten merupakan wilayah agraris yang memiliki tanah subur dan didukung
oleh proses ekologi yang telah terjadi sejak lama. Daerah Delanggu termasuk
salah satu dari wilayah Klaten yang memiliki potensi alam dan letak strategis
untuk mengembangkan usaha perkebunan maupun pertanian. Selain pertanian
padi, pada abad ke-20 perkebunan tebu, rosela, kapas dan tembakau berkembang
pesat di daerah Delanggu. Industri gula serta industri karung goni silih berganti
berkembang di Delanggu dari masa Hindia Belanda hingga setelah Indonesia
merdeka. Kondisi ekologi dan potensi alam Delanggu berperan penting terhadap
kemajuan sosial ekonomi masyarakatnya yang bermatapencaharian sebagai petani
dan buruh. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk merekonstruksi
peristiwa sejarah yang terjadi di Delanggu. Selain itu juga untuk mengetahui
perkembangan industri karung goni dan dampak yang ditimbulkan di Klaten pada
umumnya maupun di Delanggu pada khususnya.
Dari kajian yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa wilayah
Delanggu merupakan wilayah subur yang sangat cocok untuk perkebunan maupun
pertanian. Hal itu didukung dengan kondisi ekologi dan letak strategis daerah
Delanggu. Salah satu hasil perkebunan di Delanggu ialah rosela sebagai bahan
baku pembuatan karung goni yang digunakan untuk pengemasan gula, beras, kopi
dan lainnya. Perkebunan rosela dan pabrik karung goni yang diusahakan sejak
tahun 1934 merupakan usaha dari pemerintah kolonial untuk memaksimalkan
potensi ekologi Delanggu. Namun cara-cara kolonial yang masih tetap digunakan
dalam mengelola industri karung goni Delanggu telah menimbulkan dampak
ekonomi, sosial serta politik terhadap masyarakat Delanggu. Ditambah lagi
kebijakan pemerintah Orde Baru yang kurang mendukung perkembangan industri
karung goni Delanggu membuat eksistensi karung goni menurun.
Kata Kunci: Industri, Karung Goni, Delanggu.
oleh proses ekologi yang telah terjadi sejak lama. Daerah Delanggu termasuk
salah satu dari wilayah Klaten yang memiliki potensi alam dan letak strategis
untuk mengembangkan usaha perkebunan maupun pertanian. Selain pertanian
padi, pada abad ke-20 perkebunan tebu, rosela, kapas dan tembakau berkembang
pesat di daerah Delanggu. Industri gula serta industri karung goni silih berganti
berkembang di Delanggu dari masa Hindia Belanda hingga setelah Indonesia
merdeka. Kondisi ekologi dan potensi alam Delanggu berperan penting terhadap
kemajuan sosial ekonomi masyarakatnya yang bermatapencaharian sebagai petani
dan buruh. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk merekonstruksi
peristiwa sejarah yang terjadi di Delanggu. Selain itu juga untuk mengetahui
perkembangan industri karung goni dan dampak yang ditimbulkan di Klaten pada
umumnya maupun di Delanggu pada khususnya.
Dari kajian yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa wilayah
Delanggu merupakan wilayah subur yang sangat cocok untuk perkebunan maupun
pertanian. Hal itu didukung dengan kondisi ekologi dan letak strategis daerah
Delanggu. Salah satu hasil perkebunan di Delanggu ialah rosela sebagai bahan
baku pembuatan karung goni yang digunakan untuk pengemasan gula, beras, kopi
dan lainnya. Perkebunan rosela dan pabrik karung goni yang diusahakan sejak
tahun 1934 merupakan usaha dari pemerintah kolonial untuk memaksimalkan
potensi ekologi Delanggu. Namun cara-cara kolonial yang masih tetap digunakan
dalam mengelola industri karung goni Delanggu telah menimbulkan dampak
ekonomi, sosial serta politik terhadap masyarakat Delanggu. Ditambah lagi
kebijakan pemerintah Orde Baru yang kurang mendukung perkembangan industri
karung goni Delanggu membuat eksistensi karung goni menurun.
Kata Kunci: Industri, Karung Goni, Delanggu.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.