PERANAN GERAKAN WANITA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN I TAHUN 1945-1947 DI YOGYAKARTA
Abstract
Sejak masa Hindia Belanda dan masa penjajahan Jepang, wanita telah melakukan gerakan dengan tergabung dalam suatu organisasi. Pada tahun 1945
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian diikuti berdirinya organisasi-organisasi wanita. Indonesia belum bisa dikatakan merdeka seutuhnya, karena Jepang belum meninggalkan Indonesia dan kemudian disusul pula oleh pasukan Sekutu. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui situasi Yogyakarta pada awal kemerdekaan dan organisasi wanita apa saja yang berdiri serta peranannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1947.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa situasi Yogyakarta pada awal kemerdekaan masih belum stabil. Situasi politik Yogyakarta awal kemerdekaan yaitu pemerintah sedang berusaha melengkapi badan-badan pemerintahan, selain itu perpolitikan di Yogyakarta belum merata karena kurangnya minat wanita untuk bergabung dalam organisasi politik. Keadaan sosial di Yogyakarta pada awal kemerdekaan juga belum kondusif, terjadi perlawanan dengan pihak Jepang yang belum mau meninggalkan Indonesia dan pihak Belanda yang datang kembali. Begitupula dengan keadaan ekonomi yang mana Indonesia belum memiliki mata uang sendiri dan masih menggunakan tiga jenis mata uang yaitu de Javache Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda dan Jepang. Perlawanan yang terjadi antara pejuang dan musuh mendorong wanita untuk membentuk
organisasi dalam rangka membantu mempertahankan kemerdekaan. Terdapat lima faktor pendorong terbentuknya organisasi wanita baik faktor dari dalam maupun luar. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi terbentuknya sekitar 21 organisasi wanita yang turut serta dalam perjuangan di Yogyakarta. Perjuangan yang dilakukan oleh organisasi wanita dapat digolongkan menjadi dua yaitu perjuangan di garis depan dan perjuangan di garis belakang.
Kata Kunci: Peranan, Wanita, Yogyakarta.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.