GERAKAN DI/TII DI JAWA TENGAH: PEMBERONTAKAN EKS BATALYON 426 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KLATEN TAHUN 1950-1952
Abstract
Abstrak
Faktor geografis yang strategis, keadaan pemerintah yang belum stabil, serta fanatisme agama adalah hal yang melatarbelakangi meletusnya pemberontakan Eks Batalyon 426 di Klaten. Klaten merupakan kabupaten yang tergolong strategis karena berada di antara dua kota penting yaitu Yogyakarta dan Surakarta, serta wilayahnya dikelilingi oleh daerah pegunungan yang sangat cocok digunakan sebagai basis militer sekaligus pelarian pemberontakan. Seperti yang diketahui bersama masuknya DI/TIIdi Jawa Tengah tidak terlepas dari pengaruh yang diberikan oleh Amir Fatah. Melihat kondisi militer di Indonesia yang masih belum stabil dan masih dibumbui oleh latar belakang yang berbeda-beda, hal ini dimanfaatkan oleh Amir Fatah untuk menghimpun kekuatan politik dan militer berbasis Islam di wilayah Jawa Tengah bagian barat yang akhirnya menyebar keseluruh wilayah Jawa Tengah, tidak terkecuali Klaten yang merupakan daerah basis militer wilayah komando Batalyon 426 yang diserahi tugas untuk menjaga stabilitas keamanan Yogyakarta-Surakarta. Sebagai pihak yang merasa terdiskriminasi dari kebijakan Re-ra, Batalyon 426 mengadakan pemberontakan di wilayah Jawa Tengah termasuk Klaten yang sebagian besar pasukan berasal dari wilayah tersebut. Pemberontakan Batalyon 426 tergolong singkat, dengan adanya Operasi Banteng Raiders pemberontakan ini dapat diredam. Meski demikian, Pemberontakan eks Batalyon 426 berdampak pada segi politik, ekonomi, dan sosial.
Refbacks
- There are currently no refbacks.