PERAN PASUKAN GABUNGAN GEMBONG SINGOYUDHO DALAM PERANG KEMERDEKAAN II DI BANJARNEGARA TAHUN 1948-1949
Abstract
Perjuangan rakyat Indonesia belum benar-benar selesai pasca diproklamirkannya kemerdekaan. Belanda
berniat kembali menguasai Indonesia terlebih setelah mereka mengadakan Agresi Militer I yang membuat
wilayah Indonesia menyempit. Perundingan-perundingan yang diupayakan oleh pemerintah tidak kunjung
memberikan titik terang. Pihak Indonesia dipaksa menerima keberadaan garis demarkasi. Garis demarkasi
van Mook ini kemudian menyebabkan Banjarnegara berada dalam status quo, secara otomatis wilayah
Banjarnegara menjadi batas dari wilayah Indonesia. Sebagai batas wilayah, Banjarnegara menjadi medan
pertempuran sengit yang memperebutkan kekuasaan antara Belanda dengan Indonesia. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui keadaan Banjarnegara pada masa Agresi Militer II, proses pembentukan Pasukan
Gembong Singoyudho, dan perannya dalam Perang Kemerdekaan II di Banjarnegara tahun 1948-1949.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama Perang Kemerdekaan II perlawanan yang dilakukan oleh
Pasukan Gabungan Gembong Singoyudho membuat Belanda kewalahan dengan penghadanganpenghadangan
dan
serangan mendadak yang mereka lakukan. Selain mengancam kedudukan Belanda di
Banjarnegara, Pasukan Gabungan Gembong Singoyudho banyak membantu jalannya roda pemerintahan
selama berlangsungnya Pemerintah Darurat Militer dengan menjalankan Operasi Teritorial yang
dilakukan dapat menumpas para kriminal yang meresahkan masyarakat. Keberadaan mereka juga mampu
mengisi kekosongan kekuatan tempur akibat adanya dislokasi antar pasukan yang terjadi. Kepercayaan
masyarakat terhadap eksistensi dari pemerintah yang pada awalnya menipis akhirnya kembali menguat
dan turut serta berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari gempuran Belanda.
berniat kembali menguasai Indonesia terlebih setelah mereka mengadakan Agresi Militer I yang membuat
wilayah Indonesia menyempit. Perundingan-perundingan yang diupayakan oleh pemerintah tidak kunjung
memberikan titik terang. Pihak Indonesia dipaksa menerima keberadaan garis demarkasi. Garis demarkasi
van Mook ini kemudian menyebabkan Banjarnegara berada dalam status quo, secara otomatis wilayah
Banjarnegara menjadi batas dari wilayah Indonesia. Sebagai batas wilayah, Banjarnegara menjadi medan
pertempuran sengit yang memperebutkan kekuasaan antara Belanda dengan Indonesia. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui keadaan Banjarnegara pada masa Agresi Militer II, proses pembentukan Pasukan
Gembong Singoyudho, dan perannya dalam Perang Kemerdekaan II di Banjarnegara tahun 1948-1949.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama Perang Kemerdekaan II perlawanan yang dilakukan oleh
Pasukan Gabungan Gembong Singoyudho membuat Belanda kewalahan dengan penghadanganpenghadangan
dan
serangan mendadak yang mereka lakukan. Selain mengancam kedudukan Belanda di
Banjarnegara, Pasukan Gabungan Gembong Singoyudho banyak membantu jalannya roda pemerintahan
selama berlangsungnya Pemerintah Darurat Militer dengan menjalankan Operasi Teritorial yang
dilakukan dapat menumpas para kriminal yang meresahkan masyarakat. Keberadaan mereka juga mampu
mengisi kekosongan kekuatan tempur akibat adanya dislokasi antar pasukan yang terjadi. Kepercayaan
masyarakat terhadap eksistensi dari pemerintah yang pada awalnya menipis akhirnya kembali menguat
dan turut serta berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari gempuran Belanda.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.