DETASEMEN JAYENG SEKAR DI BAGELEN PADA TAHUN 1825-1856
Abstract
Pada 1808 Daendels mendirikan organisasi kepolisian di Jawa bernama Korps Jayeng Sekar yang beranggotakan kaum pribumi Jawa. Pada 1825, meletus Perang Jawa yang memaksa Belanda mengerahkan sebagian besar angkatan bersenjatanya di Pulau Jawa. Korps Jayeng Sekar, digabungkan dalam Resimen Kavaleri ikut dalam Perang tersebut. Setelah Perang Jawa berakhir pada 1830, terbentuklah Karesidenan baru bernama Karesidenan Bagelen yang ber-ibukota di Purworejo. Di Bagelen pasukan Jayeng Sekar berhadapan dengan sisa konflik Perang Jawa, dan problematika keamanan yang cukup serius selama kurun waktu 1830-1850. Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap peran Detasemen Jayeng Sekar di Bagelen dalam kurun waktu 1825-1856. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peta teritorial Bagelen selalu berubah cakupannya dari masa ke masa. Namun dapat dipastikan bahwa wilayah yang disebut Bagelen adalah area yang berada di sekitar Sungai Bogowonto. Meletusnya Perang Jawa di Yogyakarta pada 1825, menjadikan Bagelen berubah menjadi medan pertempuran. Detasemen Jayeng Sekar yang diturunkan dalam perang tersebut, menunjukkan perannya dalam membalikkan keadaan Belanda yang sempat terpojok oleh pasukan Pangeran Diponegoro di awal masa Perang. Di bawah Komando Reso Diwiryo, Jayeng Sekar menunjukkan prestasinya di medan pertempuran dengan berhasil menangkap beberapa pimpinan pasukan Diponegoro. Salah satunya yang tertangkap adalah sang panglima Pangeran Kusumayudha. Setelah Perang Jawa berakhir 80 pasukan Detasemen Jayeng Sekar veteran Perang Jawa ditempatkan di Garnisun Purworejo, untuk mengamankan wilayah Karesidenan Bagelen. Mereka banyak berperan dalam pemadaman kerusuhan, dan penangkapan bandit di wilayah Bagelen.
Kata Kunci: Detasemen, Jayeng-Sekar, Bagelen.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.