UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN TATAH SUNGGING DI DESA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARYA
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hambatan yang dihadapi pengrajin
industri kerajinan tatah sungging; 2) Upaya pengrajin untuk mengatasi hambatan; 3) Peta
daerah asal bahan baku kulit; 4) Produk inovasi industri kerajinan tatah sungging; 5) Peta
pemasaran produk kerajinan tatah sungging; 6) Upaya pengembangan industri kerajinan
tatah sungging oleh pengrajin dan pemerintah. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif. Analisis berupa komparasi keruangan, yaitu membandingkan dua
dukuh di Desa Wukirsari dari enam dukuh yang terdapat industri kerajinan tatah sungging.
Dukuh yang dibandingkan adalah Dukuh Karangasem dengan responden 42 pengrajin, dan
Dukuh Cengkehan dengan responden 20 pengrajin. Metode pengumpulan data meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan tabel
frekuensi yang dideskripsikan dan disimpulkan. Hasil penelitian ini yaitu : 1) Pengrajin
yang mengalami hambatan pada industri kerajinan tatah sungging lebih banyak di Dukuh
Cengkehan daripada Dukuh Karangasem; 2) Upaya yang dilakukan pengrajin di kedua
dukuh untuk mengatasi hambatan adalah : Berusaha meminjam modal di koperasi atau
bank, dan memaksimalkan modal yang ada; pengrajin tetap mempertahankan kualitas
produk dan pengrajin juga berusaha mencari bahan baku kulit di kota lain; pengrajin
menjual produk kerajinan tatah sungging langsung ke konsumen dan juga melakukan
pemasaran ke luar kota maupun mancanegara. 3) Daerah asal bahan baku kulit di kedua
dukuh, yaitu dari : Segoroyoso (Pleret), Magetan (Selosari), Solo, Magelang, Kalimantan
(Pontianak), Sulawesi (Makassar) dan Sumatera (Padang); 4) Pengrajin yang
memproduksi berbagai macam produk inovasi kerajinan tatah sungging, seperti : kap
lampu, hiasan dinding, tempat lilin, dll, lebih banyak ditemukan di Dukuh Karangasem
daripada Dukuh Cengkehan; 5) Pemasaran kerajinan tatah sungging oleh pengrajin di
Dukuh Karangasem lebih luas, daripada pemasaran oleh pengrajin di Dukuh Cengkehan;
6) Upaya pengembangan oleh pengrajin di kedua dukuh meliputi : membuat produk
inovasi, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan promosi. Upaya pengambangan
oleh pemerintah dilakukan sesuai bidang di Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi, yaitu bidang perindustrian, mengadakan pelatihan, bidang perdagangan,
memberikan informasi dan menyalurkan apabila ada pameran, sedangkan bidang koperasi,
membantu pengrajin dalam melakukan simpan pinjam
industri kerajinan tatah sungging; 2) Upaya pengrajin untuk mengatasi hambatan; 3) Peta
daerah asal bahan baku kulit; 4) Produk inovasi industri kerajinan tatah sungging; 5) Peta
pemasaran produk kerajinan tatah sungging; 6) Upaya pengembangan industri kerajinan
tatah sungging oleh pengrajin dan pemerintah. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif. Analisis berupa komparasi keruangan, yaitu membandingkan dua
dukuh di Desa Wukirsari dari enam dukuh yang terdapat industri kerajinan tatah sungging.
Dukuh yang dibandingkan adalah Dukuh Karangasem dengan responden 42 pengrajin, dan
Dukuh Cengkehan dengan responden 20 pengrajin. Metode pengumpulan data meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan tabel
frekuensi yang dideskripsikan dan disimpulkan. Hasil penelitian ini yaitu : 1) Pengrajin
yang mengalami hambatan pada industri kerajinan tatah sungging lebih banyak di Dukuh
Cengkehan daripada Dukuh Karangasem; 2) Upaya yang dilakukan pengrajin di kedua
dukuh untuk mengatasi hambatan adalah : Berusaha meminjam modal di koperasi atau
bank, dan memaksimalkan modal yang ada; pengrajin tetap mempertahankan kualitas
produk dan pengrajin juga berusaha mencari bahan baku kulit di kota lain; pengrajin
menjual produk kerajinan tatah sungging langsung ke konsumen dan juga melakukan
pemasaran ke luar kota maupun mancanegara. 3) Daerah asal bahan baku kulit di kedua
dukuh, yaitu dari : Segoroyoso (Pleret), Magetan (Selosari), Solo, Magelang, Kalimantan
(Pontianak), Sulawesi (Makassar) dan Sumatera (Padang); 4) Pengrajin yang
memproduksi berbagai macam produk inovasi kerajinan tatah sungging, seperti : kap
lampu, hiasan dinding, tempat lilin, dll, lebih banyak ditemukan di Dukuh Karangasem
daripada Dukuh Cengkehan; 5) Pemasaran kerajinan tatah sungging oleh pengrajin di
Dukuh Karangasem lebih luas, daripada pemasaran oleh pengrajin di Dukuh Cengkehan;
6) Upaya pengembangan oleh pengrajin di kedua dukuh meliputi : membuat produk
inovasi, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan promosi. Upaya pengambangan
oleh pemerintah dilakukan sesuai bidang di Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi, yaitu bidang perindustrian, mengadakan pelatihan, bidang perdagangan,
memberikan informasi dan menyalurkan apabila ada pameran, sedangkan bidang koperasi,
membantu pengrajin dalam melakukan simpan pinjam
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Geo Educasia - S1