UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KERUPUK SINGKONG DI DESA SELOGIRI KECAMATAN KARANGGAYAM KABUPATEN KEBUMEN
Abstract
Industri kerupuk singkong di Desa Selogiri merupakan salah satu industri yang pengelolaannya
masih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Faktor-faktor produksi, 2) Pendapatan
bersih, 3) Hambatan yang dihadapi pengrajin, 4) Upaya pengrajin mengatasi hambatan, dan 5) Upaya
pengembangan yang dilakukan pada industri kerupuk singkong.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Kepala Rumah Tangga pemilik industri kerupuk singkong yang berjumlah 44 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, dan tabulasi. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Faktor produksi yang terdiri dari: a) modal: 36,36%
responden memerlukan modal awal sebesar Rp 5.711.600 - <Rp 7.488.800, modal berasal dari modal
pribadi, b) Bahan baku: 56,82% bahan baku diperoleh dari hasil pertanian sendiri dan membeli dari orang
lain, c) Tenaga kerja: 61,36% tenaga kerja terdiri dari 1-3 orang, d) Pemasaran: 72,73% pemasaran
dilakukan dengan cara dijual ke pengepul, e) Transportasi: menggunakan sepeda motor untuk pembelian
bahan baku 45,45% dan pemasaran 54,55%, f) Sumber energi: sinar matahari dan kayu bakar, g)
Teknologi: 97,73% menggunakan alat campuran, yaitu alat sederhana dan mesin; 2) Pendapatan bersih
kerupuk singkong rata-rata satu kali produksi adalah Rp 176.595,00 dan rata-rata per bulan adalah Rp
1.124.934,00. 3) Hambatan yang dialami pengrajin adalah 18,18% modal, 47,73% bahan baku, 11,36%
tenaga kerja, 75% pemasaran, 4,55% transportasi, 90,91% sumber energi, dan teknologi 6,82%; 4) Upaya
mengatasi hambatan adalah a) menabung uang yang akan dijadikan modal operasional berikutnya, b)
memaksimalkan pertanian singkong sendiri dan melakukan kesepakatan dengan penjual singkong agar
bisa terus mencukupi kebutuhan bahan baku, c) mengoptimalkan tenaga kerja dari keluarga dan
mengembangkan teknologi, d) melakukan pemasaran mandiri dan meningkatkan promosi, d)
memaksimalkan kegiatan produksi pada musim kemarau dan mengupayakan mesin pengering, e)
melakukan pengajuan bantuan pengadaan alat kepada pemerintah; 5) Upaya pengembangan yang
dilakukan adalah a) mengoptimalkan faktor produksi yang ada (prioritas sumber energi, pemasaran, dan
bahan baku), b) meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk
masih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Faktor-faktor produksi, 2) Pendapatan
bersih, 3) Hambatan yang dihadapi pengrajin, 4) Upaya pengrajin mengatasi hambatan, dan 5) Upaya
pengembangan yang dilakukan pada industri kerupuk singkong.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Kepala Rumah Tangga pemilik industri kerupuk singkong yang berjumlah 44 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, dan tabulasi. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Faktor produksi yang terdiri dari: a) modal: 36,36%
responden memerlukan modal awal sebesar Rp 5.711.600 - <Rp 7.488.800, modal berasal dari modal
pribadi, b) Bahan baku: 56,82% bahan baku diperoleh dari hasil pertanian sendiri dan membeli dari orang
lain, c) Tenaga kerja: 61,36% tenaga kerja terdiri dari 1-3 orang, d) Pemasaran: 72,73% pemasaran
dilakukan dengan cara dijual ke pengepul, e) Transportasi: menggunakan sepeda motor untuk pembelian
bahan baku 45,45% dan pemasaran 54,55%, f) Sumber energi: sinar matahari dan kayu bakar, g)
Teknologi: 97,73% menggunakan alat campuran, yaitu alat sederhana dan mesin; 2) Pendapatan bersih
kerupuk singkong rata-rata satu kali produksi adalah Rp 176.595,00 dan rata-rata per bulan adalah Rp
1.124.934,00. 3) Hambatan yang dialami pengrajin adalah 18,18% modal, 47,73% bahan baku, 11,36%
tenaga kerja, 75% pemasaran, 4,55% transportasi, 90,91% sumber energi, dan teknologi 6,82%; 4) Upaya
mengatasi hambatan adalah a) menabung uang yang akan dijadikan modal operasional berikutnya, b)
memaksimalkan pertanian singkong sendiri dan melakukan kesepakatan dengan penjual singkong agar
bisa terus mencukupi kebutuhan bahan baku, c) mengoptimalkan tenaga kerja dari keluarga dan
mengembangkan teknologi, d) melakukan pemasaran mandiri dan meningkatkan promosi, d)
memaksimalkan kegiatan produksi pada musim kemarau dan mengupayakan mesin pengering, e)
melakukan pengajuan bantuan pengadaan alat kepada pemerintah; 5) Upaya pengembangan yang
dilakukan adalah a) mengoptimalkan faktor produksi yang ada (prioritas sumber energi, pemasaran, dan
bahan baku), b) meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Geo Educasia - S1